Senin, 16 Agustus 2010

Malaka Penuh Makna

Sejak kecil aku sering mendengar mengenai kata Malaka yang mana setiap kata ini diucapkan yang terbayang Malaka adalah Malaysia atau Tan Malaka nama pejuang dari Sumatera Barat yang terkenal dalam sejarah ataupun seringkali bibi angkat saya di Singapore yang sudah almarhum selalu mengatakan Gula Malaka untuk menyebut Gula Jawa atau Gula Kelapa dan aku selalu berdebat panjang untuk mengatakan bahwa itu Gula Jawa bukan Gula Malaka he he....

Hal itu yang membuat aku ingin sekali mengetahui apa dan bagaimana suasana di Kota Malaka dan akhirnya keinginan itu terwujud saat temanku di Kuala Lumpur tiba-tiba mengajakku ke Malaka... wow "What was your reason to Malaka?" and jawabnya "I missed Hainan Chicken Rice from Malaka!" hm aku jadi sangat penasaran seenak apakah hingga dia rela membawa mobilnya jauh-jauh dari Kuala Lumpur ke Malaka? Aku setuju untuk pergi dengannya dan setelah disepakati akhirnya kita berangkat ke Malaka dari Kuala Lumpur.

Kita berjalan santai dan mampir di Port Dickson terlebih dahulu dan karena sudah siang maka diputuskan untuk bermalam di Port Dickson di chalet yang sederhana di pinggir pantai dan pemiliknya seorang guru dan kami memanggilnya Cikgu he he jadi ingat kartun Ipin dan Upin yang selalu memberi hormat ke gurunya "Selamat Pagi Cik Gu..." Sore hari kami berjalan di sekitar pantai dan kampung setempat, suasananya begitu nyaman tidak hiruk pikuk seperti di tengah kota dan banyak warung-warung yang menjual makanan di sekitar pantai tersebut, kami berhenti di salah satu tempat makan di pinggir pantai, tidak terlalu ramai tapi sepertinya makanannya enak dan aku pesan nasi goreng kampung dengan chili padi alias cabe rawit wow pedas juga tapi enak sih.
dan temanku memilih kwe tiauw goreng dan kemudian menikmati udara malam dan karena sudah terasa capek kami putuskan untuk tidur dan baru masuk ke kamar tiba-tiba pemilik chalet menggedor pintu dan minta tolong ke temanku karena tamu sebelah terkena ubur-ubur nah gimana nih? Dia kebingungan juga karena tidak siap dengan peralatan dan obat-obatan meskipun seorang dokter dan untungnya aku selalu bawa obat-obatan lengkap termasuk krim gatal dan anti histamin padahal aku juga jarang sekali menggunakannya. Inilah kebiasaan buruk dan kebiasaan baik ku he he kebiasaan buruk selalu membawa bermacam-macam obat tetapi tidak terpakai sedangkan kebiasaan baiknya obat yang aku bawa seringkali berguna buat orang lain he he jadi kayak apotik berjalan tapi gratis..... tapi gak apa itung-itung menolong sesama ya kan banyak pahalanya wekkkkkk.

Tak lama kemudian hujan deras sekali dan temanku dengan enaknya tidur ngorok sedangkan aku tidak bisa tidur karena suara hujan dan ombak yang keras dan berkali-kali aku mengintip di jendela kuatir ombak sampai ke chalet tempat kita bermalam... tapi setelah aku pikir-pikir sekarang ini, kenapa aku harus kuatir kan chalet ini dibangun sudah memperhitungkan seberapa besar ombaknya dan tidak mungkin sampai ke tempat bermalam kecuali bila ada tsunami kali ya he...he...

Hujan reda sekitar menjelang subuh dan aku baru bisa tidur dengan tenang dan keesokan harinya tetangga sebelah kamar yang terkena ubur-ubur mengucapkan terima kasih karena ternyata obat dan krim aku cukup manjur he he (jadi siapa yang dokternya ya aku apa teman aku neh...)

Kita mencari sarapan sambil jalan di sekitar pantai dan setelah agak jauh ada warung nasi lemak aduh ini kesukaanku dan kami pesan nasi lemak dan dengan lahap aku makan hm sedap nian dan temanku hanya tertawa melihat aku mungkin dia pikir huh rakus kali ya tapi biar aja yang penting puas dan kenyang

Sekitar jam 09:00 kita check out dan melanjutkan perjalanan ke Malaka dan sepanjang perjalanan banyak perkebunan sawit seperti perjalanan di pulau Sumatera dan akhirnya sampailah kita di kota Malaka..... Hmm inilah yang namanya Malaka, sebuah kota tua dengan banyak bangunan-bangunan dengan arsitektur campuran antara Eropa dan juga khas kota tua china atau china town dan banyak lorong-lorong dan perempatan.

Kita mencari tempat parkir dulu untuk melihat bangunan reruntuhan gereja dan juga bangunan lain yang dipertahankan sebagai cagar budaya, udara cukup terik dan banyak turis yang berkunjung di Malaka... dan seperti biasa aku bergaya narsis dulu foto-foto dan eh ada penjual ice cendol dan ice kacang pakai gula malaka hm aku segera antri beli dan harganya sekitar 3 RM hm enak dan bisa menghilangkan dahaga saat udara terik begini.

Kita kemudian berjalan ke bangunan kuno dengan tembok warna merah yang dikenal sebagai Stadthuys kediaman resmi Gubernur Jendral Belanda saat itu dan sekarang menjadi museum sejarah dan ethnography, di dekat sana juga ada gereja tua yang dibangun di jaman Belanda dan di depannya ada kapal besar dari kayu seolah-olah tengah bersandar di tepian sungai, perjalanan menanjak ke bukit kecil di mana ada reruntuhan gereja St Paul,... besar juga kawasan gerejanya dan dari atas bukit bisa melihat laut Selat Malaka cukup menarik tapi sayang terlalu terik. St. Franciscus Xaverius pernah dimakamkan di sini sebelum kemudian dipindahkan ke Goa India.

Aku juga menyempatkan diri mencoba naik becak Malaka yang penuh dengan hiasan bunga-bunga plastik dan membayar 10 RM untuk jalan 1 putaran gedung merah dan wah seperti pengantin sunat neh meriah banget dan banyak sekali turis yang mencoba naik becak ini dan berfoto ria dan juga aku sempatkan mampir di Baba and Nyonya Heritage Museum wah jadi ingat leluhur ya...dan setelah puas dan perut sudah terasa lapar temanku mengajak aku menikmati nasi hainan yang dia banggakan itu wah jadi penasaran aku.

Sesampai di restaurant Chung Hwa di Jalan Hang Jebat, dengan arsitektur khas pecinan dengan bangunan tua serta kursi kayu wow penuh sekali dan akhirnya kita mendapatkan tempat duduk dan segera memesan nasi hainam dan keluarlah sepiring potongan ayam hainan dan wow nasinya dibentuk bulat-bulat seperti bakso dan aku jadi ingat semasa kecil setelah nasi tanak dan dipindahkan ke tempat nasi, sisa kerak di tempat kukusan biasanya dikumpulkan kemudian diberi sedikit garam dan dibentuk bulat-bulat dan kita semua berebut saat itu.... Makanan ini jadi mengingatkan aku pada masa kecil jadi sedih deh ingat Ibuku hikk hikkk hikk

Aku coba memakannya hm enak memang ayamnya dan nasinya sama seperti yang lain tapi karena bentuknya yang unik dan juga sambalnya enak sekali hmmm aku nambah ayamnya lagi tapi tidak untuk nasinya karena biarpun cuma 5 bulatan cukup membuatku kenyang hm tidak terlalu mahal sekitar 13 RM untuk ayam sekitar 1/2 bagian dada, nasi 5 bulatan sekitar 1,5 RM yummy... dan ditambah dengan teh dingin woooow puas dan jadi ngantuk rasanya he he...

Kemudian sebelum pulang aku mampir di kelenteng tua namanya Cheng Hoon Teng yang katanya kelenteng tertua di Malaka dan aku suka ukiran ukiran kayu pada atapnya bagus sekali dan juga sebuah masjif kuno yang tak kalah indahnya, kemudian sudah agak siang sekitar jam 2 an kita kembali ke Kuala Lumpur dan di sepanjang perjalanan aku jadi teringat nama Hang Jebat, Hang Lekir, Hang Lekiu, Hang Nadim hmm nama-nama Melayu yang tak asing di telinga dan saat pelajaran Bahasa Indonesia saat aku kecil....

Aku sedikit terkantuk-kantuk sambil mendengarkan lagu Home dari Michael Buble dan memoriku kembali tergali saat masih kecil, nasi bulat-bulat... buku bacaan Matahari Terbit yang isinya cerita masa kecil anak-anak di Sumatera dengan tradisi Melayu, cerita sejarah.. yang mungkin sekarang sudah tidak lagi dikenal oleh anak-anak jaman modern seperti sekarang yang lebih mengenal superhero he he memang jaman sudah berubah... aku jadi ingin pulang ke Malang mengingat masa lalu... dan aku merasa sangat beruntung karena mempunyai seorang Ibu yang sepenuh hidupnya untuk menjaga anak-anaknya dan selalu memberikan dongeng-dongeng indahnya sebelum kami semua berangkat ke peraduan.... wah aku jadi sangat melankolik saat itu dan untungnya temanku asyik menyetir sambil menyanyi nyanyi.... I wanna home.....ya... I wanna home ingin ke makam Ibu untuk ziarah dan menceritakan bagaimana kota Malaka seperti yang aku lihat dan memang seperti dongeng Ibuku.

Akhirnya kita melewati Port Dickson kemudian masuk ke Kuala Lumpur menjelang jam pulang kerja dan sangat padat layaknya Sudirman dan Thamrin di jam-jam pulang kerja huhhh suasananya benar-benar 180 derajat bedanya

Selamat jalan Malaka dan kembali ke Kuala Lumpur untuk ikut training selama 2 hari sebelum balik ke Jakarta lagi






Tidak ada komentar: